Oleh : M. Imam Rahmatullah
Baru baru ini, dunia kembali diguncangkan oleh beberapa ledakan bom bunuh diri, diawali dari Turki, Saudi dan disusul di Mukalla dan di Solo bahkan di Jakarta, semakin menambah banyak catatan hitam aksi terorisme yang mengatasnamakan agama. Diakui atau tidak, aksi terorisme seperti itu disebabkan dari sifat radikalisme (ektrim), baik di dalam cara berpikirnya, cara beragamanya, atau bahkan cara bermadzhabnya. Namun jika kita cermati, radikalisme agama bukan hanya ada ditubuh Islam saja, di dalam agama lain juga ada beberapa sekolompok ektrimis intoleran, yang tentu tidak kalah bengisnya dengan kelompok radikal Islam. sebenarnya di dalam Islam, pola pikir radikal yang berbuntut aksi terorisme ini sudah muncul sejak masa kekhalifahan Sayyidana Ali R.A. Ialah Khowarij yang mengklaim Sayyidina Ali telah mengkhianati al Qur'an pasca rekonsiliasi antara dirinya dan faksi Umayyah bin Abi Syufyan (tahkim). Cara berpikir radikal ala Khowarij ini tidak bisa dibendung meskipun sempat dilakukan pendekatan intuitif kepada mereka melalui proses dialog oleh Ibnu Abbas, bahkan terus berlanjut pada sebuah aksi pemberontakan kepada kekhalifahan Sayyidina Ali yang akhirnya berujung pada terbunuhnya kholifah ke 4 ini. Mungkin itu adalah fakta sejarah yang menjadi cikal bakal aksi-aksi terorisme yang mengatasnamakan agama di dalam Islam.
Radikalisme tentu tidak dapat diterima oleh ajaran Islam, bahkan mungkin akal sehat manusia pun menolaknya, karena sifat radikalis sangatlah keras dan berlebihan dalam beragama, sebagaimana firman AllahSWT. dalam surat an Nisa' ayat 141, yang artinya : Hai ahlil kitab, jangan lah engkau berlebihan dalam beragama (ekstrim). Mengenai ayat ini, para ulama' yang tergabung dalam Robhitoh Al Alim Al Islamiymenegaskan, substansi ayat ini mengarah pada semua gerakan ekstrimis dalam beragama.
Tulisan singkat ini ingin sedikit menguak fakta tentang ciri dan penjelmaan mereka yang berpaham radikal. Dr. Umar Abdullah mengungkapkan, kaum radikalis memiliki beberapa ciri yang mudah kita jumpai, baik dalam cara berpikirnya, cara hidupnya atau pun psikologis kejiwaannya.
1. Sangat fanatik.
Kaum radikal sangat fanatik terhadap pendapatnya dan menganggap hanya pendapatnya lah yang benar, mereka seakan menafikan pendapat kelompok lain yang berbeda dengannya sehingga acap kali tidak menerima sebuah perbedaan. Bukan hanya itu, kadang mereka cenderung memaksakan pendapatnya kepada kelompok lain agar mengikuti pendapatnya.
2. Berafiliasi pada kelompok ekstrimis.
Mereka memiliki jaringan dan ikatan kuat dengan sesama kaum ektrimis, gerakan dan hubungan mereka sangat lah rapi dan terselubung. Bahkan kadang secara kasat mata tidak tampak karena mereka menutup diri dari semua kelompok atau organisasi yang berpaham berbeda. Hal ini terbukti dari bebebepa pelaku terorisme di Indonesia, pihak keluarga atau tetangga tidak tahu jika ia terlibat dalam jaringan terorisme.
3. Mengikuti pendapat syadz dan taqlid buta.
Mereka di dalam memahami agama berpijak pada pendapat ulama' yang syadz, bukan pendapat jumhurul ulama'. Kemudian menganggap hanya pendapat imamnya lah yang mewakili Islam, kebenaran haqiqi hanya pada pendapat imamnya. Hal ini biasanya disebabkan kurangnya pengetahuan mereka tentang agama, karena yang mereka pelajari hanya pendapat imamnya saja, sehingga membuat mereka menjadi kaum fundamentalis. Begitu juga, dapat kita jumpai biasanya mereka enggan berdiskusi secara ilmiyah seputar keyakinannya, dan apabila ada kritik atau sanggahan terhadap paham yang mereka yakini, mereka mengelak dengan beralibi ini adalah ajaran al Qur'an, as Sunnah dan salaf (asumsi mereka), bahkan terkadang tidak segan-segan mereka mengumpat dan melaknat siapapun yang berbeda dengan mereka.
4. Lancang berfatwa dan mudah terpancing isu.
Kemudian ciri kaum fundamentalis seperti mereka juga, adalah latah dalam fatwa, mereka mudah sekali menghakimi sebuah fenomena yang sedang terjadi. Maka bisa kita lihat, biasanya apabila ada sedikit saja isu yang berhembus maka dengan sontak mereka meresponnya dan menghakiminya tanpa mengkrosceknya terlebih dulu. Fatwa bid'ah, fasiq, kafir, musyrik sering muncul dari mulut mereka. Padahal kebanyakan dari mereka tidak memiliki kemampuan dan wawasan agama yang cukup dalam berfatwa atau sekedar menjustikasi. Dan lebih ironisnya lagi, kadang mereka sengaja mencari-cari sebuah isu atau sengaja merekayasa isu untuk menjustifikasinya lalu kemudian mereka sebar di medsos.
5. Mencaci ulama' yang berseberangan dengan mereka.
Semua yang tidak sepaham dengan mereka sangatlah rendah di mata mereka, karena ukuran kebenaran menurut asumsi mereka adalah pendapat kelompoknya. Maka kita sering temui, mereka berani mencaci semua orang yang berseberangan dengan mereka, sekalipun itu ulama' sekaliber aimmah kibar. Mereka dengan mudah menyebut para ulama' yang tidak sesuai dengan ideologi mereka dengan sebutan ahli bid'ah, ulama' sesat, quburiyun, antek syiah, zionis dan sebagainya. Sungguh tidak ada artinya di mata mereka. Bahkan sering juga mereka tidak segan-segan melaknat para ulama'. Begitu juga, kadang mereka menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan dan menghujat ulama' yang tidak sepaham dengannya, mereka dengan sengaja membuat fitnah. Satu contoh kecil dialami oleh guru besar Univ. al Azhar, Prof. Dr. Ali Jum'ah, beliau pernah di fitnah mengatakan "al Qur'an tidak mengharamkan zina" oleh kelompok ekstrimis Mesir (salafiy), mereka sebarkan isu di media dengan menyertakan penggalan videonya. Dengan lihainya mereka olah fitnah itu seakan-akan beliau mengatakan itu. Padahal jika kita saksikan videonya secara utuh sungguh jauh dari apa yang mereka katakan.
6. Kolot dan intoleran.
Ciri mereka yang paling tampak adalah, sangat kolot dalam beragama dan tidak mengenal kata toleran pada setiap hal yang menurut mereka menyimpang, meskipun toh itu hanya sekedar far'iyyah. Masalah furu' seperti ziaroh qubur, perayaan maulid nabi, bertawasul dan tabarruk sampai qunut shubuh pun mereka persoalkan. Bahkan kadang mereka juga tak segan-segan melakukan aksi anarkis atas kekolotannya ini, tak terhitung berapa maqam auliya' yang mereka robohkan dengan alasan pemurnian aqidah dari kesyirikan. Sikap non-toleran ini membuat mereka sangat sulit hidup ditengah masyarakat majemuk, yang berisi beraneka ragam budaya, paham, dan agama. Sehingga kadang situasi itu memaksa mereka untuk melakukan aksi teror dan kekerasan di mana-mana. Peristiwa bom Bali, hotel Sarinah dan seterusnya mungkin bisa menjadi sedikit contoh betapa kerasnya ideologi mereka. Dan semua aksi terorisme yang mereka lakukan bermotif agama (jihad), mulai menumpas kemaksiatan, menegakkan khilafah Islam dan sebagainya, setidaknya itu dalam asumsi mereka. Tapi sayangnya, alih-alih menegakkan Islam malah Islam dirugikan dengan keberadaan mereka, karena ulah mereka itu Islam mendapat stigma buruk di mata dunia.
Ini sedikit uraian tentang ciri-ciri kaum radikal yang perlu kita waspadai. Apabila anda jumpai diri anda ada kemiripan dengan ciri-ciri di atas, maka berbenahlah, karena bisa jadi itu bibit-bibit paham radikal. semoga aqidah dan langkah kita ditetapkan dalam manhaj sawiy ala ma alayhi salafuna as sholeh. Amin.. wal afwu minkum.
SUMBER : http://www.nuyaman.com