Oleh: Ustadz Ahmad Mundzir *)
By. https://punyablo.blogspot.com |
Khutbah I
اَللهُ أَكْبَرُ (×٩) لَا
اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَلله ُأكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ. اَللهُ
أَكْبَرُ مَا فَعَلَ الْمُسْلِمُوْنَ فِيْ نَهَارِ رَمَضَانَ بِصِيَامٍ، وَفِيْ لَيْلِهِ
بِقِيَامٍ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا ازْدَحَمَ الْمُصَلُّوْنَ فِي الْمَسَاجِدِ لِصَلَاةِ
التَّرَاوِيْحِ بِخُشُوْعٍ وَاهْتِمَامٍ. اَللهُ أَكْبَرُ ×٣. اللهُ أَكْبَرُ مَا سَبَقُوْا
فِي الْمَسَاجِدِ لِلسُّجُوْدِ وَالْقُعُوْدِ وَالْقِيَامِ. اَللهُ أَكْبَرُ مَا بَذَلَ
الْمُسْلِمُوْنَ إِلَى إِخْوَانِهِمْ بِإِعْطَاءٍ وَمَحَبَّةٍ وَاحْتِرَامٍ. اللهُ
أَكْبَرُ ×٣. اللهُ أَكْبَرُ مَا تَكُفُّ الْأَكُفُّ إِلَى اللهِ فِيْ هَذَا الشَّهْرِ
بِالدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ لِكَشْفِ الضُّرِّ وَالْآلَمِ، اَللهُ أَكْبَرُ ×٣. وَللهِ
الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا
لِنَهْتَدِيَ لَوْ لَا أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ.
عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوْا اللهَ وَرَاقِبُوْا مُرَاقَبَةَ مَنْ يَعْلَمُ أَنَّهُ يَرَاهُ.
وَاعْلَمُوْا أَنَّهُ لَا يَضُرُّ وَلَا يَنْفَعُ وَلَا يُعْطِيْ وَلَا يَمْنَعُ سِوَاهُ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. وَمَنْ تَابَ
وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا (الفرقان: ٧١). أَمَّا
بَعْدُ
Hadirin hafidhakumullah,
Kami mengajak pribadi kami sendiri juga kepada hadirin
sekalian, mari kita selalu meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah
subhanahu wa ta’ala. Dengan usaha kita yang sedemikian rupa ini, semoga bisa
menyebabkan turunnya rahmat Allah kepada kita semua, sehingga kelak kita
dikumpulkan bersama Nabi Muhammad ﷺ dan
orang-orang saleh, amin Allahumma amin.
اَللهُ
أَكْبَرُ ×٣، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Ayyuhal hâdlirûn hafidhakumullah,
Alhamdulillah, pada pagi hari yang penuh kemuliaan ini, kita
semua masih diberi kesempatan oleh Allah subhanahu wa ta’ala bisa bersujud,
bersimpuh mengumandangkan takbir, mengagungkan nama Allah, bertahmid, mengucap
syukur, berterima kasih kepada Allah, dan bertahlil, mengesakan Allah subhanahu
wa ta’ala.
Kita pun telah diberi anugerah oleh Allah bisa menyelesaikan
ibadah puasa selama sebulan penuh. Pada hakikatnya, ibadah yang kita lakukan,
bukan atas kuasa kita sendiri, namun semata-mata pemberian dari Allah subhanahu
wa ta’ala.
Selain bersyukur, sebagai orang beriman, kita semestinya
bersedih hati karena Ramadhan tahun ini sudah meninggalkan kita. Selama hidup
kita, Ramadhan tahun ini tidak akan kembali lagi sampai kapan pun. Seumpama
kita dianugerahi oleh Allah bisa bertemu pada Ramadhan di tahun mendatang,
mestinya Ramadhan mendatang bukanlah Ramadhan tahun ini yang datang kembali
lagi.
Sahabart Ibnu Mas’ud pernah mendengar Baginda Nabi Muhammad ﷺ
bersabada:
لَوْ
يَعْلَمُ الْعِبَادُ مَا فِي رَمَضَانَ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي أَنْ يَكُونَ السَّنَةَ
كُلَّهَا
Artinya: “Seandainya para hamba mengetahui hakikat apa yang
ada di bulan Ramadhan, mestinya umatku berharap setahun penuh, semuanya menjadi
bulan Ramadhan” (HR Ibnu Khuzaimah)
اَللهُ أَكْبَرُ ×٣، اَللهُ أَكْبَرُ
وَللهِ الْحَمْدُ
Idul Fitri merupakan hari raya khusus bagi orang yang
berpuasa. Id artinya hari raya. Fathara artinya berbuka puasa. Bagi orang yang
kemarin-kemarin menjalankan perintah Allah dengan berpuasa sebulan penuh, hari
ini adalah hari raya berupa diperbolehkannya makan dan minum. Bahkan kita hari
ini diharamkan menjalankan puasa. Inilah yang dinamakan fathara. Sarapan (makan
pagi) dalam bahasa Arab adalah فَطُوْر. Karena itu, zakatul fithr sebenarnya
adalah zakat untuk makan pada hari raya idul Fitri.
Dahulu, Nabi Muhammad ﷺ
memberikan zakat fithr (atau biasa disebut zakat fitrah) pada saat pagi hari
raya, sebelum menjalankan shalat id. Sehingga, hukum mengeluarkan zakat fithr
paling afdhal adalah antara setelah shalat subuh sampai sebelum shalat id
dilaksanakan yang berarti di pagi hari tanggal 1 Syawal. Harapannya, pada hari
raya ini, semua umat muslim yang mempunyai kelebihan makan sehari semalan hari raya
ini, harus berbagi bahan makanan pokok kepada orang miskin di sekitarnya,
sehingga pada hari raya ini, semua orang bisa merasakan nikmatnya makan. Hal
ini merupakan salah satu hikmah yang dapat kita petik dari idul fithr, hari
raya makan-makan.
Setelah orang berpuasa dan membayarkan zakat fithrahnya, hari
raya merupakan kabar gembira atas diterimanya amal orang yang sungguh-sungguh
berpuasa, bertobat, shalat malam, shalat tarawih, i’tikaf, sedekah, dan lain
sebagainya. Allah akan menghapus semua keburukan mereka kemudian diganti dengan
kebaikan-kebaikan. Kabar gembira ini dapat kita baca:
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا
صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ
غَفُورًا رَحِيمًا
Artinya: “Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan
mengerjakan amal shalih; maka keburukan-keburukan mereka tersebut diganti oleh
Allah dengan kebajikan. Dan Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS
Al-Furqan: 70).
`وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ
يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا
Artinya: “Dan orang-orang yang bertobat dan mengerjakan amal
shalih, sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang
sebenar-benarnya” (QS Al-Furqan: 71).
Dalam hadits, Nabi Muhammad ﷺ
bersabda:
إِن الله تَعَالَى يبْسُطُ يدهُ بِاللَّيْلِ
ليتُوب مُسِيْئُ النَّهَارِ، وَيبْسُطُ يَدهُ بالنَّهَارِ ليَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ
حتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِن مَغْرِبِها
Artinya: “Sesungguhnya Allah ta’ala menerima tobat dengan
selebar-lebarnya di waktu malam supaya orang yang menjalankan keburukan di
waktu siang bisa bertobat, dan Allah membuka pintu tobat seluas-luasnya di
waktu siang bagi orang yang melakukan kesalahan di malam hari supaya bisa
bertobat sampai matahari terbit dari barat (kiamat)” (HR Muslim).
Kabar gembira juga datang dari Sayyidina Ali karramallahu
wajhah
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya:“Barang siapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadhan
seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau.”
اَللهُ أَكْبَرُ ×٣، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
الْحَمْدُ
Sebagaimana kita ketahui bersama, semua penduduk bumi sedang
diuji oleh Allah subhanahu wa ta’ala berupa pandemi covid-19. Namun apa pun
kondisi muka bumi ini, bagi orang beriman tetap mempunyai potensi pahala. Sabda
Nabi Muhammad ﷺ:
عَجَباً لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ
كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ
Artinya: “Sangat menakjubkan urusan orang beriman. Semua
urusannya merupakan kebaikan.
وَلَيْسَ ذَلِكَ لأِحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِن:
Hal tersebut tidak dimiliki siapa pun kecuali hanya dimiliki
oleh orang beriman.
إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ
خَيْراً لَهُ،
Apabila orang beriman mendapatkan kenikmatan, dia bersyukur,
dan itu menjadi kebaikan baginya.
وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ
خيْراً لَهُ
Artinya: “Jika ia tertimpa musibah, dia bersabar. Dan itu
juga menjadi kebaikan baginya” (HR Muslim: 7692).
Ramadhan ini, bukanlah Ramadhan kelabu. Hari raya ini bukan
hari raya yang buruk. Wabah Covid-19 yang menyebabkan sebagian daerah tidak
bisa menyelenggarakan jamaah tarawih dan tadarus di masjid, sama sekali tak
mengurangi keagungan Ramadhan. Semuanya tetaplah mutiara yang bernilai tinggi
bagi orang beriman. Kecuali bagi orang yang tidak bisa menghormati Ramadhan
dengan mengisi amal-amal yang baik, tentu Ramadhan dan hari raya ini tidak
merupakan hari raya mereka. Bagi mereka, hari raya ini adalah hari raya kelabu,
penuh kemurungan.
Selain puasa, pada bulan Ramadhan, terdapat pula momen yang
agung, yaitu memberikan zakat fitrah. Bagi orang mampu, zakat dan sedekah akan
meringankan beban sesama, dan menghasilkan pahala yang sangat besar. Begitu
pula untuk orang yang tidak mampu secara ekonomi, menerima pemberian orang kaya
merupakan jasa yang sangat besar. Orang miskin berjasa menjadi pembersih
hartanya orang kaya. Ini adalah soal hak dan kewajiban. Bukan soal mana yang
tinggi dan mana yang lebih rendah. Orang kaya memiliki kewajiban mengeluarkan
hartanya, sementara orang miskin mempunyai hak untuk menerima itu atas ketidakmampuannya.
Orang kaya tak seharusnya merasa berjasa atas ‘pengorbanan’
harta yang memang wajib ia keluarkan. Kata Imam al-Ghazali, termasuk kategori
mengungkit pemberian adalah ketika orang kaya merasa menolong orang yang
miskin. Perasaan ini tidak tepat dimiliki oleh siapa saja. Justru orang kaya
harus berterima kasih kepada orang miskin. Atas jasa merekalah harta orang kaya
menjadi bersih, tidak kotor. Jadi, orang kaya tidak boleh merasa mempunyai jasa
berderma di hadapan orang miskin. Demikian disampaikan oleh Imam al-Ghazali
dalam al-Arbain fi Ushulid Din.
Kita sedang saling menguatkan antara satu dengan lainnya.
Semua menjadi ladang ibadah. Yang kaya berzakat itu ibadah, orang miskin
menerima zakat, dia ikut andil membersihkan hartanya yang kaya, ini juga
ibadah. Sekali lagi, bagi orang beriman, apa pun posisi dan keadaannya,
bernilai kebaikan.
Hadirin…
Di tengah pandemi ini, kita harus optimis bahwa kita bisa
beradaptasi dengan keadaan secepat-cepatnya. Kita berharap, ke depan, keadaan
menjadi semakin membaik: pintu-pintu masjid kembali terbuka sebagaimana sedia
kala, kita bisa berkumpul bersama, mengaji bersama, menjalankan sistem kontrol
sosial bersama-sama melalui pintu-pintu masjid di sekitar kita.
Selain itu, di hari raya ini, meskipun sebagian di antara
kita terhalang oleh keadaan, jangan sampai kita lewatkan permohonan maaf kepada
kedua orang tua walaupun sebagian di antara kita tidak bisa bertatap muka.
Silakan saling memaafkan antarsaudara, tetangga, teman, dan lain sebagainya
dengan menggunakan fasilitas yang ada, jika pertemuan fisik tidak memungkinkan.
Kita fungsikan media sosial yang kita punya sebagai sarana untuk merekatkan
antarkeluarga, sesama muslim sehingga media sosial kita menjadi wasilah kita
menuju ridha Allah subhanahu wa ta’ala.
Semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan, taufiq, hidayah
serta inayah-Nya supaya kita dan keluarga kita selalu menjadi orang yang taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Pada puncaknya, kelak saat kita akan menghadap
Allah sang Pencipta, kita akan meninggalkan dunia ini dengan husnul khatimah,
amin.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ
وَالْمَقْبُوْلِيْنَ كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بَخَيْرٍ. آمين بسم الله الرحمن الرحيم،
وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وارْحَمء وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah II
اَللهُ أَكْبَرُ ×٧، اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ
أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ
اْلعَظِيْمِ "إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ، يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا".
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ
أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ,
اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ
وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ
وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ
وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
*)
Pengajar di Pesantren Raudhatul Qur’an
an-Nasimiyyah, Kota Semarang
Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/7952/khutbah-idul-fitri--merayakan-lebaran-di-tengah-pandemi