TUJUAN NU

BERLAKUNYA AJARAN ISLAM YANG MENGANUT FAHAM AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH UNTUK TERWUJUDNYA TATANAN MASYARAKAT YANG BERKEADILAN DEMI KEMASLAHATAN, KESEJAHTERAAN UMAT DAN DEMI TERCIPTANYA RAHMAT BAGI SEMESTA (PASAL 8 ANGGARAN DASAR NU)

PIMPINAN NU DARUNGAN MASA KHIDMAT 2023-2028

RAIS SYURIYAH: Ust. ABD. ROZAQ (PAKEMAN) dan KETUA TANFIDZIYAH: Ust. ABU HASAN TOYIB (LORKALI)

Minggu, 26 Februari 2023

1 ABAD NU DAN PONDOK ASSHIDIQI

 



1 ABAD NU DAN PONDOK ASSHIDIQI 


Semua berawal dari isyarat mimpi KH Muhammad Shiddiq (1854-1934) ketika masih hidup berkeluarga di Lasem, Rembang. Beliau bermimpi melihat Nabi Muhammad Saw dengan tangan kanan memegang tasbih sambil menunjuk ke arah timur dan tangan kiri sambil memegang bakul nasi sambil menunjuk ke arah barat.

Beliau memahami bahwa baginda Nabi menginginkan supaya KH. Muhammad Shiddiq hijrah ke arah timur untuk berdakwah. Namun beliau belum mengerti arah timur mana persisnya terlebih beliau sebenarnya sudah berkeluarga dan memiliki pesantren di Lasem. 

Namun, berbekal cinta kepada Baginda Nabi, pada tahun 1884 KH. Muhammad Shiddiq pun pergi ke arah timur dan beliau dituntun oleh Syaikhona KH. Muhammad Kholil Bangkalan kalau timur itu adalah Jember. Beliau tinggalkan semua yang di Lasem guna menunaikan harapan sang baginda Nabi. Beliau naik kereta api sampai dengan Probolinggo, lalu mulai dari Probolinggo beliau naik kuda menuju Jember. Dalam catatan selama perjalanan beliau sering menghadapi perampokan.

Awal di Jember beliau berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidup beliau. Dan beliau memulai dakwah kepada masyarakat Jember sambil berdagang. Banyak pedagang dan masyarakat yang akhirnya menuntut ilmu kepada beliau sampai akhirnya KH. Muhammad Shiddiq mendirikan Pesantren di daerah Talangsari pada tahun 1915 M.

Di pesantren inilah KH. Muhammad Shiddiq lebih intens lagi berdakwah di Jember. Beliau membangun dan memprakarsai beberapa pembangunan masjid di Jember. Mulai Masjid Jami' Al-Baitul Amien Alun-alun Jember hingga masjid di ujung Jember. 

Satu waktu, KH. Hasyim Asyari melalui KH. Wahab Hasbullah datang ke Jember meminta restu KH. Muhammad Shiddiq dalam pendirian NU. KH. Muhammad Shiddiq pun merestui. Dan  keturunan beliau pun akhirnya banyak mengikuti perjuangan dakwah melalui organisasi NU seperti KH. Mahfud Shidiq (Ketua Umum PBNU zaman Jepang), KH. Ahmad Shidiq (Rais 'Am PBNU), KH. Ali Mansur pengarang sholawat Badar, KH. Hizbullah Huda salah satu pendiri PMII dan yang lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat kami.

Dari keturunan KH. Muhammad Shiddiq ini juga berdiri beberapa pesantren baik di kota Jember maupun di luar Jember seperti pondok Putri Nyai Zainab Shiddiq, Pondok Asshidiqi putri,  Pondok Darus Sholah Tegal Besar, pondok Riyadus Sholihin dan yang lainnya yang tidak bisa kami sebut satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat kami.

Hingga akhirnya, pada tahun 1934 M KH. Muhammad Shiddiq meninggal dunia. Pesantren Asshiddiqi pun diteruskan oleh keturunan-keturunan beliau sehingga sekarang diasuh oleh KH. Balya Firjaun Barlaman dan pesantren ini tidak terasa sudah berusia 100 tahun lebih lamanya.

Saya pribadi tidak mengetahui apa sebab Allah mengabadikan pesantren yang dibangun KH. Muhammad Shiddiq ini bisa sampai 100 tahun lebih lamanya, yang saya tahu adalah cerita dari alamarhum bapak KH. Nadhir Muhammad kalau KH. Muhammad Shiddiq sangatlah ikhlas dan rendah hati akhlaqnya. Karena begitu teramat ikhlas dan rendah hati, beliau membakar sendiri foto beliau karena beliau tidak berkenan dengan foto itu menjadi sebab beliau dikenal orang. Dan sekarang pun kami tidak bisa mengetahui bagaimana wajah beliau.

"Wahai Mbah Shiddiq, penghargaan ini tentu bukan yang panjenengan inginkan, tapi biarlah dengan penghargaan ini kami bisa berterima kasih semampu kami atas jasa ikhlas panjenengan dalam berdakwah di kota Jember ini"

Teruntuk Mbah KH Muhammad Shiddiq

الفاتحة...


Repost



Pengirim tidak berkenan sebut nama