INNA LILLAHI WA INNA ILAYHI RAJI’UN
Pasuruan — NU dan bangsa Indonesia patut berduka karena salah seorang kiai kharismatik meninggal hari ini. Beliau adalah KH Mas Subadar, Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Besuk, Pasuruan dan salah seorang Mustasyar PBNU.
Kabar meninggalnya Kiai Subadar, sapaan akrabnya diperoleh malam ini sekitar pukul 20.00 WIB. Lewat media WhatsApp (WA), sejumlah kalangan menyebarkan kabar duka tersebut. Ada yang langsung mengirim ulang kabar, namun tidak sedikit yang menunggu kepastian dengan menghubungi keluarga pesantren setempat.
Kepastian wafatnya Kiai Subadar disampaikan H Hakim Jayli pada pukul 20.23 WIB. Pimpinan TV9 tersebut menginformasikan dalam salah satu grup WA, “Sudah dipastikan wafat kiai kita, KH Muhammad Subadar, Mustasyar PBNU, pengasuh PP Raudlatul Ulum Besuk Kejayan, Pasuruan. Innalillah…. Mautul ‘alim, mautul ‘alam,” katanya, Sabtu (30/7/2016). Pemakaman almarhum akan dilangsungkan besok, Ahad siang pukul 13.00 WIB, sedangkan shalat janazah dilangsungkan malam ini hingga besok pagi, lanjutnya.
Sosok Aktifis
Kia Subadar sering didapuk sebagai juru bicara di forum kiai. Sikapnya yang teguh dan senantiasa berpegang teguh pada koridor kajian fiqh klasik itulah yang menyebabkan sering dilibatkan dalam bahstul masail yang diselenggarakan NU.
Tutur katanya juga halus, argumentatif, dan mampu menyesuaikan diri dengan bahasa masyarakat yang dihadapi. Ini membuat masyarakat di kawasan Tapal Kuda, Jawa Timur sering mendatangi pengajian yang diisinya. Mereka tertegun menyimak ceramah dan orasinya.
Ia lahir pada 1942 di sebuah Desa Besuk, Kejayan, Pasuruan dari pasangan KH Subadar dan Hj. Maimunah. Pada usia 3 bulan (1942), ia telah yatim karena ditinggal wafat ayahanda. Sehingga ia banyak belajar mandiri dengan diasuh ibunda.
Baginya, Hj Maimunah adalah sosok panutan. Sebab melalui sentuhan lembut dan tangan dingin sang ibunda, ia menjadi pribadi yang mandiri dan tegar dalam menatap tantangan jaman.
Ia dididik di lingkungan keluarga yang sarat religius. Termasuk belajar pada kakak-kakaknya seperti KH Ali Murtadlo dan KH Ahmad di pesantren setempat Juga pernah nyantri di Pesantren Lirboyo, Kediri dan menghabiskan waktu mengaji dan belajar berbagai cabang keilmuan.
Subadar muda mulai aktif di NU tahun 1967. Mula-mula aktif di IPNU, dua tahun kemudian namanya langsung mencuat sebagai Ketua PC GP Ansor Pasuruan.
Aktivitasnya di organisasi sempat terhenti setelah menikahi Aisyah tahun 1969. Baru kisaran 1976, kembali terjun dalam kegiatan organisasi dan sekaligus mengemudikan kepemimpinan Pesantren Raudhotul Ulum. Tahun 1980, ia terpilih sebagai Rais PCNU Kabupaten Pasuruan dan kemudian menjabat sebagai Wakil Rais PWNU Jawa Timur. Selamat jalan kiai, semoga husnul khatimah.
diolah dari : http://www.nu.or.id/, http://pwnujatim.or.id