Dok. TV9 News |
Pada 29 Juni 1921 lahir seorang anak bernama Ahmad Syaichu.
Kemudian anak tersebut menjadi salah seorang tokoh yang berperan banyak pada
masanya. Ia pernah menjadi salah seorang Ketua PBNU pada masa Ketua Umum
KH Idham Chalid. Karena kemampuannya berkomunikasi, ia mendapat julukan
yakni sebagai menteri luar negeri NU. Memang ia dikenal sebagai seorang yang
menguasai banyak bahasa asing, pasif dan aktif, seperti Arab, lnggris, dan
Belanda. Kemampuannya itu mengantarnya jadi perwakilan NU di forum
internasional.
Tentang latar belakang keluarganya, menurut NU Online, Ia
adalah putra bungsu dari dua bersaudara pasangan H. Abdul Chamid dan Nyai
Hj Fatimah. Pada usia 2 tahun ia sudah yatim, ditinggal wafat ayahnya.
Sepeninggal ayahnya, Achmad Syaichu bersama kakaknya, Achmad Rifa'i, diasuh
ibunya. Untuk memperoleh pendidikan agama, Syaichu belajar kepada K. Said, guru
mengaji bagi anak-anak di sekitar Masjid Ampel. Pada usia 7 tahun ia sudah
mengkhatamkan Al-Qur'an 30 Juz.
Masih menurut NU Online, ia memulai aktif di NU dengan menjadi Ketua Ranting NU Karang Menjangan. Pada kepengurusan NU Cabang Surabaya periode 1948-1950, ia ditunjuk sebagai salah satu ketua Dewan Pimpinan Umum (tanfidziyah), bersama KH Thohir Bakri, KH Thohir Syamsuddin dan KH A. Fattah Yasin.
Menurut Ensiklopedia NU, KH Ahmad Syaichu merupakan
pendiri dan sekaligus Ketua Pimpinan Pusat lttihadul Muballighin, pada era
1980-an menjadi Ketua Oll dan anggota Dewan Tertinggi Masjid-Masjid Sedunia di
Makah, anggota DPR (1955), Wakil Ketua DPR-GR (1963-1966), dan anggota DPR
(1971-1977), serta pendiri Pesantren Al-Hamidiyyah, Jakarta. Masih menurut
Ensiklopedia NU, KH Ahmad Syaichu wafat pada 4 Januari 1995. Sesuai amanatnya,
ia meminta dimakamkan di kompleks pesantren yang didirikannya.
artikel ini telah dimuat dalam laman https://www.nu.or.id/post/read/121166/29-juni-hari-lahir-kh-ahmad-syaichu--tokoh-nu-yang-memulai-dari-ranting