TUJUAN NU

BERLAKUNYA AJARAN ISLAM YANG MENGANUT FAHAM AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH UNTUK TERWUJUDNYA TATANAN MASYARAKAT YANG BERKEADILAN DEMI KEMASLAHATAN, KESEJAHTERAAN UMAT DAN DEMI TERCIPTANYA RAHMAT BAGI SEMESTA (PASAL 8 ANGGARAN DASAR NU)

PIMPINAN NU DARUNGAN MASA KHIDMAT 2023-2028

RAIS SYURIYAH: Ust. ABD. ROZAQ (PAKEMAN) dan KETUA TANFIDZIYAH: Ust. ABU HASAN TOYIB (LORKALI)

Sabtu, 30 Januari 2021

MENGENAL RAIS 'AM DARI MASA KE MASA (PBNU) 4. KH. ALI MA'SUM

4 K.H. Ali Ma’shum (Rais' Aam Syuriyah 1980 sd 1984)

 


๐Ÿ… KH. Ali Maksum adalah putra pertama dari hasil perkawinan KH. Ma’shum bin KH Ahmad Abdul Karim dengan Nyai. Hj. Nuriyah binti KH Muhammad Zein Lasem, yang lahir pada tanggal 2 Maret 1915 di desa Soditan Lasem kabupaten Rembang.

๐Ÿ… Keluarga KH Ali Maksum, sejak dari zaman kakek-kakeknya dahulu hingga sekarang adalah keluarga besar yang kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari nilai-nilai kepesantrenan. Ayahnya KH. Ali Maksum yang terkenal dengan panggilan Mbah Ma’shum ini merupakan pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah di desa Soditan, Lasem, Rembang.

๐Ÿ… Sejak kecil, Kiai Ali tumbuh dalam lingkungan tradisi pesantren dan ketokohan NU di Lasem. Pada masa dewasanya, Kiai Ali berguru pada ulama besar seperti KH Amir (Pekalongan) dan KH Dimyathi (Tremas). Di Tremas, Kiai Ali mempelopori sistem pendidikan pesantren modern yaitu sistem madrasah.

๐Ÿ…Setelah pernikahannya dengan Nyai Hj Hasyimah binti KHM Munawwir (Krapyak), ia pergi ke Mekkah pada tahun 1937 untuk menunaikan ibadah haji dan berguru dengan Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki Al-Hasani dan Syaikh Umar Hamdan.

๐Ÿ…Pada tahun 1941, Kiai Ali kembali ke Indonesia untuk mengembangkan ilmu agamanya dengan spesialisasi yaitu bidang tafsir. Beliau juga turut membantu mengembangkan pesantren Soditan milik ayahnya di Lasem, sebelum akhirnya membaktikan hidupnya sampai wafatnya dalam mengembangkan Pesantren Krapyak pasca wafatnya KHM Munawwir pada tahun 1942.

๐Ÿ… Semenjak bermukim di Yogyakarta, Kiai Ali membangun akar organisasi NU dari tingkat bawah dengan memberikan ruang kepada para pemuda untuk menjadi kader utama NU di wilayah Yogyakarta. Ia menggalang kekuatan NU dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, pengusaha, ulama, santri maupun tokoh pemuda.

๐Ÿ…Pada tahun 1955, Kiai Ali terpilih menjadi anggota konstituante melalui konferensi Alim Ulama NU di Watu Congol, Magelang pada tanggal 17-18 Agustus 1955

๐Ÿ…Selain mengembangkan pendidikan pesantren yang modern di Krapyak sebagai tugas utamanya, Kiai Ali juga menjadi dosen di IAIN Sunan Kalijaga sejak tahun 1960-an serta menjadi anggota Tim Penterjemah Al-Qur’an sejak tahun 1962.

๐Ÿ… Dalam pengabdiannya di NU, peran Kiai Ali hadir di masa NU sedang mengalami masa sulit, khususnya semenjak NU keluar dari Masyumi pada tahun 1952 dan restrukturisasi parpol pada masa awal orde baru tahun 1973. Pada situasi tersebut, Kiai Ali berperan penting dalam menjaga keharmonisan dan mengkonstruksi “jalan damai” untuk menjaga persatuan NU. Oleh karena peran tersebut, maka Kiai Ali kemudian dipilih menjadi Rais Syuriyah PWNU DIY sejak tahun 1975 sampai tahun 1981. Beban berat Kiai Ali semakin bertambah ketika dirinya dipilih menjadi Rais ‘Am PBNU pada Munas Alim-Ulama NU di Kaliurang pada tahun 1981.

๐Ÿ‘†Jabatan tersebut dipikulnya untuk menggantikan kedudukan KH Bisri Syansuri yang telah wafat.

๐Ÿ… Sebagai sesepuh NU, Kiai Ali bekerja keras sebagai ujung tombak dalam mempersatukan NU yang terpecah menjadi beberapa kubu yang disebabkan oleh dinamika politik nasional pada masa tersebut. Kiai Ali dengan beberapa tokoh ulama sepuh NU lainnya, seperti KHR As’ad Syamsul Arifin (Situbondo), KH Makrus Ali (Lirboyo) dan lain-lainnya berhasil mencetuskan serta mendukung arah pergerakan NU “Kembali pada Khittah 1926” sebagai usaha “penyelamatan” NU dari kepentingan politik praktis.

๐Ÿ…Munculnya kesepakatan menjalankan “Khittah NU 1926” pada Muktamar NU Ke-27 di Situbondo pada tahun 1984 dapat dikatakan sebagai puncak keberhasilan Kiai Ali dalam perjuangannya untuk NU.

๐Ÿ…Kiai Ali kemudian menjadi tokoh NU yang gigih mengawal jalannya Khittah NU 1926 sampai akhir hayatnya

 ๐Ÿ… Beliau wafat pada Kamis 7 Desember 1989

 

 

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/85597/janji-terakhir-kh-ali-maksum-untuk-nu